Program tahfizh al Qur’an merupakan program unggulan setiap sekolah Islam. Hal yang mendasarinya adalah karena al Qur’an dan al Hadits merupakan rujukan utama dalam sebagian besar mata pelajaran Islam. Hal itu pula lah yang membuat Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia selalu mendukung para santrinya untuk menghafal al Qur’an. Di antara pelajaran di Diniyyah Pasia yang tidak terlepas dari al Qur’an adalah, tafsir madrasi, al Fiqh, ushul fiqh, balaghah, dan ayatul ahkam. Oleh sebab itu bila santri dan santriwati Diniyyah memiliki hafalan yang banyak, tentu hal ini sangat mendukung penguasaan materi pelajaran menjadi lebih baik.

Sebagai perwujudan dukungan Bapak pimpinan dalam hal ini buya H. Nawazir Muchtar, Lc juga unsur yayasan meresmikan komunitas tahfizhul qur’an di pesantren Diniyyah yang diberi nama, “Program Baitul Qur’an (PBQ)”. Komunitas ini mengumpulkan para santri dan santriwati yang memiliki kemampuan berlebih dibandingkan yang lain dari segi menghafal. Rata rata capaian harian mereka adalah 2 halaman mushaf dalam sehari semalam.

Diniyyah meyakini semua santri dan santriwatinya mampu menghafal al Qur’an. Terlebih lagi Diniyyah mengamalkan penggunaan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan sehari hari. Sehingga al qur’an banyak memberikan kosa kata baru yang dapat digunakan santrinya dalam berbicara. Meski demikian tentu ada juga yang kemampuan nya tidak seperti anggota PBQ, maka Kepala KMI (Ust Fauzan Azhim, M.Pd) serta kepala Sekolah Tsanawiyyah dan Aliyyah (Ust Syarifuddin Nasution, S.Pd.I dan Ibuk Dra. Hj. Sasnely Betti) mempercayakan Ust Zulfadhli, Lc (alumni al Azhar Cairo, yang juga alumni Diniyyah tahun 2006) beserta Ustazah Wan Friska Andriza, Lc untuk menggenjot kemampuan para santri dan santriwati Diniyyah yang berjumlah 960 orang pada tahun ini, dalam hal menghafal al Qur’an.

Alhamdulillah selama 2 bulan proses Belajar Mengajar (PBM) yang berlangsung di Diniyyah sampai hari ini, rata rata berhasil menghafal 1 juz, bahkan ada beberapa santri yang mampu 2 juz serta 3 juz. Hanya dalam waktu yang singkat, al Qur’an mampu mereka hafalkan, subhanallah.

Pada masa pandemic ini, Diniyyah memangkas jam belajarnya dari 40 menit menjadi 30 menit setiap jam pelajaran. Sehingga memberikan waktu luang yang lebih dari cukup untuk memacu potensi santri Diniyyah dalam berbagai hal, terutama bidang hafalan al Qur’an. Ust Zulfadhli, yang juga selaku kepala PBQ, melakukan gebrakan baru dengan menerbitkan sertifikat yang didesign secara apik, untuk kemudian diberikan kepada setiap santri yang berhasil menghafal 1 juz al Qur’an. Sehingga santri dan santriwati Diniyyah pun berlomba lomba untuk menghafal al Qur’an dan bertekad ingin mendapatkan minimal 10 sertifikat sebelum mereka tamat dari Diniyyah.

Ternyata ide yang kelihatan nya sederhana ini mampu memicu semangat para santri, terbukti dengan komentar bapak Direktur PPM Diniyyah (Ust Nashran Nazir, M.pd) yang beliau kemukan dalam rapat majelis guru “Saya berniat mau memanggil kepala pengasuhan untuk membicarakan hal yang penting, tapi di tengah jalan saya dicegat oleh beberapa santri, yang berniat mengajukan hafalannya. Ketika saya bertanya kenapa tidak kepada ustaz atau ustazah lain, mereka mengatakan ustaz yang lain pun banyak yang sedang menerima setoran” pungkas mereka. Hal ini sekali lagi membuktikan semangat santri/wati Diniyyah sangatlah besar untuk menghafal al Qur’an.

Setiap kita, apalagi anak anak santri yang masih bersih hati dan fikirannya punya kemampuan yang sama untuk menghafal kalam ilahi. Mungkin belum mendapatkan pemantik untuk membakar semangat menghafal tersebut. Oleh karena itu kepala PBQ, berpesan kepada siapa saja yang ingin menghafal al Qur’an; agar pertama membulatkan niat untuk menghafal al Qur’an karena Allah saja. Jikapun ada reward yang diberikan itu adalah untuk menambah semangat serta motivasi yang dibangun tadi supaya tidak turun apalagi padam. Kemudian perlu sekali, pertemuan yang rutin antara para murid dengan guru yang menghafalkan al Qur’an, agar tajwid dan tahsin tilawah tetap terjaga dengan baik. Karena banyak yang bila dibiarkan menghafal sendiri kemudian ditemukan kekeliruan pada saat setoran. Maka program tahsin al Qur’an tidak boleh berhenti khususnya bagi yang berniat menghafal 30 juz. Paling tidak jumlah ideal bagi satu orang guru adalah 5 santri yang dibimbing secara konsisten dari segi bacaannya. Hal ini sedapat mungkin dilakukan secara rutin setiap harinya, meskipun hanya 5 sampai 10 menit per orang.

Alhamdulillah sampai saat ini Diniyyah sudah melahirkan 5 orang hafizah al Qur’an 30 Juz, dan yang ke lima adalah ananda Ahyanesa Azkia, santriwati kelas 5 KMI yang berasal dari Lubuk Basung. Kemudian Diniyyah yakin dapat melahirkan kembali hafizh/ah pada tahun ini minimal 3 orang.

Diniyyah meyakini firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatakan,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Allah mengulang-ulang kalimat tersebut sebanyak empat kali di dalam kitab-Nya yang mulia. Semuanya kita jumpai dalam surat Al-Qamar. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah benar-benar menjadikan Alquran itu mudah untuk dipelajari. Berangkat dari pemahaman ayat ini, kepala PBQ Ust Zulfadhli, Lc menegaskan kepada seluruh santri bahwa, bila kalam Allah saja sudah mampu untuk kalian hafal, maka kalam manusia yang tertuang di dalam setiap buku pelajaran, tentu akan menjadi lebih mudah untuk difahami.

Tinggalkan Balasan