Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam dan tergolong Asabiquna Awwalun (orang yang pertama masuk Islam) saat itu umurnya baru 17 tahun. Ia lahir pada tahun 595 Tahun Gajah (TG) dan wafat pada tahun 674 TG. Sa’ad bin Abi Waqqash berasal dari Suku Bani Zuhrah, yaitu klan dari suku Quraisy yang bersama-sama penduduk Mekkah menjaga Ka’bah. Ayahnya adalah Abu Waqqas Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah dan Uhaib bin Abdu Manaf adalah paman dari pihak ayah Aminah binti Wahab yang merupakan Ibu kandung Rosulullah sallallahu alaihi wasallam.
Dengan garis nasab di atas maka diketahuilah bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash adalah sepupu Aminah (ibu kandung Rasulullah sallallahu alaihi wasallam) dengan demikian Sa’ad bukan hanya sahabat nabi melainkan juga paman nabi berdasarkan garis keturunan ibu beliau. sebagai informasi, dari garis keturunan Ayah, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam memiliki 12 orang paman yaitu Haris sebagai yang tertua dan Hajal atau Mughirah paman beliau yang termuda.
Secara fisik, Sa’ad bin Abi Waqqash memiliki perawakan yang pendek, kekar, dan memiliki rambut yang lebat. Oleh karena itu, orang-orang sering membandingkannya dengan singa muda. untuk membedakannya dengan Sa’ad yang bernama sama, mereka memanggilnya dengan Sa’ad Zuhrah. Sa’ad R.A. sangat dekat dengan orangtuanya terkhusus ibunya.
Walaupun kecintaan Sa’ad bin Abi Waqqash R.A. sangat besar kepada ibunya, tetapi saat beliau masuk Islam, ibunya menampakkan perasaan tidak suka dan bahkan mengancamnya dengan berbagai ancaman yang merenyuhkan hatinya. Sa’ad bercerita kepada Rasulullah, “Ketika ibu saya mendengar berita saya masuk Islam, dia menjadi sangat marah. Dia mendatangi saya dan berkata, “Wahai Sa’ad! Agama apa yang telah engkau rangkul ini, yang menjauhkanmu dari agama ayah dan ibumu ?” Setelah itu dia melanjutkan, “Demi tuhan, apakah engkau memilih meninggalkan agama barumu ini atau aku tidak akan mau makan dan minum sampai aku mati. Hatimu akan hancur oleh kesedihan, dan penyesalan akan menghabisimu karena perbuatan yang telah engkau lakukan, dan semua orang akan mencelamu selamanya.”
Mendengar perkataan itu, Sa’ad bin Abi Waqqas menjawab, “Jangan lakukan itu, wahai ibuku. Karena saya tidak akan melepaskan agama ini untuk apapun.”
Mendengar itu, ibunya kembali melanjutkan ancamannya. Selama berhari-hari dia tidak makan dan minum sehingga menjadi kurus dan lemah. Berkali-kali Sa’ad bin Abi Waqqas mendatangi ibunya sambil bertanya apakah ibunya mau makan dan minum, tetapi ibunya terus menolak. Ibunya bersikeras tidak akan makan dan minum sampai meninggal, kecuali Sa’ad mau meninggalkan Islam.
Sa’ad berkata kepada ibunya, “Oh ibuku, meskipun cintaku sangat kuat untukmu, cintaku untuk Allah dan Rasul-Nya lebih kuat. Demi Allah, jika engkau memiliki seribu nyawa dan satu demi satu nyawa pergi, aku tidak akan meninggalkan agamaku untuk apapun.”
Mendengar kerasnya hati Sa’ad, ibunya pun mengalah dan akhirnya mau makan dan minum kembali. Kisah ini menceritakan tentang keteguhan hati Sa’ad bin Abi Waqqas dalam menjaga kepercayaannya. Akibat peristiwa ini, Allah berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman: 15)
Saat menjalankan ibadah, kaum muslimin saat itu sering sekali mendapatkan gangguan dan ancaman dalam berbagai bentuk. Karena pada awal da’wah kaum muslimin jumlahnya masih sangat sedikit dibandingkan kafir Quraisy sehingga mereka harus ekstra berhati-hati. Sa’ad bin Abi Waqqas R.A. akhirnya tersulut emosi dengan apa yang dilakukan oleh kaum Quraisy sehingga beliau memukul mati salah seorang dari mereka sehingga kejadian ini tercatat sebagai pertumpahan darah pertama antara umat islam dan non-umat islam.
Peristiwa ini kemudian difirmankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (QS. Al Muzzamil: 10)
Sa’ad bin Abi Waqqash terus tumbuh dan berkembang menjadi sosok muslim sejati. Sikap dan tindakan yang ia lakukan mencerminkan kecintaannya kepada Allah subhabahu wata’ala dan RasulNya. Sa’ad memiliki keutamaan yaitu Ia memiliki doa yang mutajab. Hal ini sesuai dengan apa yang Nabi doakan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendoakannya, “Ya Allah, kabulkanlah doa Sa’ad ketika ia berdoa kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Bukti-bukti kebenaran akan hal itu dapat diketahui dari kisah berikut ini.
Pada suatu hari, Sa’ad melihat seseorang tengah mencaci maki para shahabat Rosulullah sallallahu alaihi wasallam ; Ali bin Abi Thalib, Thalhah, dan Zubair, r.a. lalu Sa’ad menegur orang itu agar ia tidak meneruskannya tetapi apa yang Sa’ad sampaikan tidak ia gubris. Akhirnya Sa’ad berkata “Kalau begitu aku akan mendoakan kutukan bagimu.” orang itu menjawab, ” Engkau mengancamku seolah-olah engkau adalah nabi.”
Sa’ad lalu meninggalkan orang tersebut, ia pergi berwudhu’ lalu sholat dua rakaat dan menengadahkan tangannya seraya berdoa, “Ya Allah ! jika Engkau mengetahui orang ini mencaci maki kaum yang telah engkau tetapkan kebaikan bagi mereka di sisiMu, maka jadikanlah orang ini (orang yang mencaci maki para shahabat tadi) ibrah bagi yang lainnya akan kebesaran dan keagunganMu. Seketika selepas ia berdoa, tiba-tiba ada seekor onta berlari ke kerumunan manusia dan menginjak-injak orang tadi (pencaci-maki) hingga iapun tewas seketika.
Ketika kematiannya, Sa’ad berada di sisi putranya dan menangisinya. Sa’ad melihat putranya bersedih dan menitikkan air mata, ia pun mengatakan, “wahai anakku, tak perlu kau menangisiku karena Allah subhanahu wata’ala tidak akan menyiksaku di akhirat kelak karena aku termasuk yang dijamin Allah subhanahu wata’ala masuk surga.
Itulah sepenggal kisah salah seorang shahabat yang Allah subhanahu wata ala jamin masuk surga. Semoga kita dapat mengambil ibrah dari kisah ini.