Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia memberikan perhatian yang besar terhadap spesialisasi gender yang secara kodrati gender (laki-laki dan perempuan) itu tidak sama atau berbeda. Perbedaan itu dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sifat dan perilakunya berdasarkan nilai-nilai agama, sosial dan budaya. Padangan inilah yang mendasari pelaksanaan proses pendidikan di Ponpes Modern Diniyyah Pasia sehingga mampu melahirkan sosok yang sesuai dengan apa yang menjadi harapan bangsa dan agama.
Seperti apa sosok santri yang diharapkan itu ? Santri harus mampu menjadi pelindung kaum perempuan (QS. An-Nisa’ : 34), santri tersebut memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, jiwa kewiraan, siap terjun ke medan juang, serta (QS. Attaubah : 122) yaitu santri mempuanyai keinginan/minat kuat dalam tafaqquh fiiddiin (memperdalam pengetahuan agama).
Lalu, seperti apa sosok santriwati yang diharapkan itu ? Santriwati yang diharapkan itu adalah mereka yang seperti IBU (Ibu Biologis, Ibu Susu dan Ibu Guru) yang berjiwa : tangguh, terampil dalam urusan rumahtangga. Selanjutnya, santriwati juga harus memiliki bekal pendidikan yang cukup baginya kelak untuk mendidik generasi/anak-anak mereka di masa yang akan datang. Dengan itu semua mereka diharapkan memiliki predikat sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sebagai “Ibumu, ibumu, ibumu, lalu Ayahmu”.
Oleh karena perbedaan di atas, pendekatan, strategi dan metode pendidikan yang diterapkan juga tidak bisa disamakan, dengan kata lain harus disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan di atas tadi. Ada begitu banyak program dan kegiatan santri dan santriwati Ponpes Modern Diniyyah Pasia dalam satu tahun pendidikan. Kegiatan santri diupayakan dengan konsep yang lebih terbuka, hal ini dimungkinkan bagi mereka untuk lebih bereksplorasi dan berekspresi untuk menunjukkan keberaniannya. Sebaliknya, santriwati diupayakan dengan konsep yang tertutup.
Pendidikan santriwati secara tertutup adalah sebuah strategi yang dilakukan dalam upaya menjaga kodrat yang mereka miliki. Santriwati memiliki qodrat yaitu sifat malu, itu adalah sifat utama dan sekaligus kekuatan yang dimiliki oleh kaum hawa ini. Berbeda dari laki-laki yang diharapkan lebih memiliki sifat berani dan kesatria,
Selain itu, pola kegiatan yang tertutup akan mampu menjaga kehormatan wanita agar tidak tampak aurat yang memang tidak boleh ditampakkan. Hal ini merupakan usaha pendidikan dalam memberikan pemahaman bahwa wanita dilindungi dan ditutupi auratnya dari pandangan selain mahramnya dan ini sesuai dengan syariat Islam.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 31).
Pola kegiatan santriwati yang tertutup mendidik setiap santri untuk memiliki minat dan hobi berdiam di rumah mereka dan menjauhi tingkah laku suka berpergian. Pola kegiatan ini memberikan kesempatan bagi santriwati dalam mengeksplorasi diri mereka bagaimana mereka dapat memiliki keterampilan dalam mengelola rumah/tempat tinggal mereka agar nyaman dan menyenangkan.
Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR Ibnu Khuzaimah no. 1685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)